Pages

Minggu, 19 Agustus 2012

Wawasan Nusantara Di Era Globalisasi



Wawasan nusantara di era globalisasi ini kini mengalami perubahan,akibat semakin berkembangnya iptek dan kemajuan teknologi,dan agar rakyat Indonesia tidak mengalami ketertinggalan akibat semakin berkembangnya kemajuan teknologi maka dalam penulisan ini akan di ungkapkan beberapa cara-cara atau sedikit pengetahuan tentang apasaja yang harus di lakukan masyarakat Indonesia agar wawasan masyarakat Indonesia itu semakin berkembang untuk menghadapi pengaruh globalisasi di dunia.
Wawasan nusantara adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan lingkunganya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi & interelasi ) serta pembangunanya di dalam bernegara di tengah-tengah lingkunganya baik nasional ,regional,maupun global.Wawasan nasional di bentuk dan di jiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dianut oleh Negara yang bersangkutan. Wawasan nasilonal indonesia di kembangkan berdasarkan wawasan nasional secara universal sehingga di bentuk dan di jiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang di pakai Negara Indonesia.
Masuknya globalisasi ekonomi dan budaya oleh negara sekular ke negara berkembang selalu akan melalui sistem pemerintahan  negara berkembang itu sendiri. Oleh karena itu, sistem pemerintahan negara berkembang yang bercorak sekular dan materialisrtik akan menjadi makanan empuk bagi program globalisasi negara maju. Akan ditemui segelintir elit (pejabat pemerintah dan swasta) nasional yang mendukung program mereka dalam meperkaya diri dan mengeksploirasi rakyat serta menyerap kekayaan tanah air.  Oleh karena itu diperlukan orang “kuat” dalam negara berkembang yang mampu menahan gelombang arus globalisasi disamping penataaan sistem pemerintahan berdasarkan moral agama.
Globalisasi telah mengikis pula budaya dan kultur yang telah menjadi ciri khas bangsa kita. Dunia seni dan hiburan banyak dipengaruki Barat, identitas bangsapun mulai luntur seiring dengan kemajuan jaman. Untuk melawan hegemoni Barat tersebut Indonesia kaya akan seni dan budaya, akan tetapi potensi tersebut tidak mampu diberdayakan dengan baik. Hal ini karena pemberdayaa seni dan budaya terkesan sentralistik, sehingga kebudayaan kita terhegemoni dan dimonopoli oleh kebudayaan etnik tertentu. Kesenjangan budaya Jawa dan luar pulau Jawa begitu menonjol dan nampak dalam penyajian di berbagai media. Kesenjangan tersebut melahirkan perasaan tidak puas dan kemudian dilawan dengan cara menggugat nasionalisme. Karena nasionalisme terkadang digunakan oleh etnik tertentu untuk melanggengkan hegemoninya, Fenomena ini dapat berimplikasi pada terancamnya masa depan bangsa sehingga perlu perumusan nasionalisme baru untuk menaggulanginya. Abad 21 juga jelas merupakan era kompetitif dan Indonesia sebagai suatu kesatuan bangsa akan meghadapi kompetisi yang ketat di dunia internasional  dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk itu secara internal bangsa ini perlu mempersapkan diri dalam segala aspek khususnya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Masa depan Indonesia mungkin saja baik, lebih cemerlang dari semua yang pernah kita bayangkan, namun mungkin yang terjadi sangat buruk, sesuatu yang belum pernah kita bayangkan, bahkan dalam mimpi buruk kita sekalipun. Yang jelas, dalam upaya mewujudkan cita-cita reformasi dalam penyelesaian berbagai masalah bangsa dan negara diperlukan visi Indonesia masa depan sebagai fokus pada arah penyeelnggaraan kehidupan berbamgsa dan bernegara menuju masa depan yang lebih baik.
Bagi bangsa Indonesia, Visi Indonesia didasari dan diilhami oleh cita-cita luhur yang telah digariskan para pendiri negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk pencapaian visi tersebut maka selanjutnya dirumuskan visi antara yang disebut VISI INDONESIA 2020 yang isinya sebagai berikut : terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih
Menggagas Format  Indonesia Masa Depan Antara fenomena Globalisasi dan Primordialisme Etnik.Puncak kesadaran  sosial di penghujung kekuasaan tirani Orde Baru telah menggesa  seluruh komponen bangsa untuk segera merekonstruksi tatanan sosial yang mapan menuju format Indonesia masa depan. Kegelisihan yang sekaligus sebagai cita-cita luhur tersebut kemudian disimbolkan dalam beberapa terminologi  seperti civil society, masyarakat madani, Indonesia baru dan Indonesia Masa Depan yang meskipun secara substantif terminology terminologi di atas memiliki prinsip-prinsip yang sama dan bersifat universal.
Cita-cita mulia di atas tidak akan terwujud atau mati suri bila kondisi sosio-kultural sebagai prasyarat masyarakat madani masih berada di bawah bayang-bayang primordialisme agama dan primordialisme etnik. Kedua kondisi sosio-kultural tersebut akan menjadi sandungan sekaligus ancaman, sehingga menjadi agenda internal dan terberat yang harus segera dituntaskan.
Masyarakat madani sebagai salah satu terminologi untuk sebuah tatanan sosial masa depan adalah Indonesia tanpa dinding dan Indonesia tanpa batas. Indonesia tanpa dinding adalah Indonesia masa depan yang harus tegak di atas prinsip-prinsip :
·      Pluralitas.
·      Toleransi.
·      Sistem sosial yang teratur.
·      Tidak adanya sekat agama maupun etnik.
·      Kecerdasan masyarakat.
Untuk mewujudkan kondisi di atas seluruh komponen bangsa harus memulainya dengan cara :
·       Mengapresiasikan pluralisme dengan baik.
·       Adanya konsensus (kontrak sosial).
·       Penegakan supremasi hukum.
Akhirnya, instrumen yang dapat digunakan dalam pencapaian Indonesia masa depan adalah pendidikan sebagai usaha pencerahan dan peningkatan kualitas manusia Indonesia. Hal ini akan memudahkan tumbuhnya budaya dilaog dan kesaling pahaman.

Kesimpulan
Untuk menghadapi globalisasi adalah mempertahankan eksistensi dan intergritas bangsa dan negara serta memanfaatkan peluang untuk memajuan bangsa dan negara. Untuk menghadapi globalisasi diperlukan kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan, baik di sektor negara maupun di sektor swasta agar terwujudnya Indonesia yang maju dan masyarakat yang siap menghadapi besarnya pengaruh globalisasi di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar