Kalau kita berbicara tentang pengajaran, orang mau tak
mau harus mengarahkan perhatian pada 4 hal utama yaitu i) tujuan yang hendak
dicapai, ii) strategi belajar mengajar, iii) buku ajar, dan iv) kompetensi profesional
untuk berwe-wenang mengajarkannya. (Nababa, 1993: 181).
Perlu disadari bahwa Lembaga Pendidikan Tenaga
Kepen-didikan (LPTK) yang bertang-gung jawab atas pendidikan tenaga-tenaga
kependidik-an, tidak mempunyai program pendidikan tanpa tenaga kependidikan
yang memiliki kewenangan mengajar-kan bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Sebelum
adanya Kurikulum Kependi-dikan yang berlaku secara Nasional tahun 1994, LPTK
diarahkan untuk menghasilkan tenaga pengajar untuk SMA.
Jangankan untuk Sekolah Dasar, untuk Sekolah Menengah
Kejuruan atau SMK dan SLTP pun LPTK tidak siap. Ini berarti bahwa
penyelenggaraan pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar tidak ditangani oleh
guru yang memang kompetenasi mengajar bahasa Inggris untuk SD. Ini berarti
bahwa pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar diselenggarakan secara
coba-coba belaka. Padahal apapun juga yang diajarkan di SD sebagai lembaga
pendidikan dasar yang paling awal, mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pengajaran di jenjang pendi-dikan yang lebih tinggi. Kuat lemahnya dasar yang
berhasil diletakkan di Sekolah Dasar akan menentukan perkembangan selanjut-nya.
Alexei A. Leontiev dalam bukunya Psychology and the
Language Learning Process (1989)
mengemu-kakan mengenai belajar bahasa pada masa kanak-kanak bahwa “Language
learning in an early age of a child (6 – 12 years old) has a deceptive effect.
His language development will be greatly affected by his experience in learning
the language. When he has undergone the right track of learning his language
acquisition will develop smoothly (Leontiev, 1989 : 211).
Pendapat Leontiev ini
memberi peringatan bahwa pengajaran bahasa, khususnya suatu bahasa
asing, harus, harus dijalani sesuai dengan tuntutan pembelajaran anak. Dan
untuk dapat berbuat demikian, diperlukan seorang guru yang benar-benar kompeten
untuk itu.
Karena pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar masih
belum merupakan kegiatan kurikuler nasional, maka buku ajarpun tidak tersedia.
Guru harus menggunakan bahan ajar darurat yang kesesuaian dan kemanfaatannuya
tidak bisa dipastikan.
Dan dengan tidak tersedianya guru bahasa Inggris di SD,
strategi belajar-mengajar yang benar dan sesuai dengan kebutuhan pem-belajaran
siswa juga tidak bisa di kembangkan.
Kesimpulannya hanya satu: hasil belajar bahasa Inggris
di Sekolah Dasar tidak bisa dinilai, karena tidak tidak bisa ditentukan tujuan
yang hendak dicapai.
Jikalau pandangan Leontiev dijadikan pegangan, maka
dapat diprediksi bahwa pengajaran bahasa Inggris di SLTP dan di SMU juga tidak
mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Dan yang lebih buruk, kesalahan belajar
di SD akan dibawa serta di SLTP dan SMU dan selanjutnya. Selain dari itu gairah
siswa untuk belajar bahasa Inggris tidak atau akan sukar di kembangkan karena
mereka mempunyai pengala-man yang tidak menyenangkan mempelajari bahasa itu di
Sekolah Dasar.
PENUTUP
Dengan memperhatikan uraian tadi, seyogyanya timbul
kesa-daran bahwa pendidikan dasar yang diberikan di Sekolah Dasar mempu-nyai
peranan yang sangat penting untuk pendidikan yang lebih lanjut. Peletakan dasar
yang kuat dalam dasar-dasar pengembangan kemam-puan belajar akan memungkin-kan
siswa mencapai tingkat kemampuan belajar yang baik dan efisien.
Pengajaran bahasa Inggris yang hasil belajarnya sangat
berguna bagi kehidupan masa kini dan masa mendatang, hendaknya mendorong
penyediaan tenaga pengajar, buku ajar, strategi belajar-mengajar dan kegiatan
belajar-mengajar dan kegiatan belajar-mengajar yang memberikan rasa nyaman dan
bukan rasa tertekan dan terpaksa.
http://pbingfkipunlam.wordpress.com/2008/10/21/kendala-pengajaran-bahasa-
inggris-di-sekolah-dasar/
Kendala Pengajaran Bahasa Inggris di
Sekolah Dasar
Pendahuluan
Pengajaran bahasa Inggris di Indonesia sudah dimulai pada saat setelah masa
Kemerdekaan Indonesia .
Berbagai kurikulum dan metode telah dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menguasai bahasa Inggris. Walaupun demikian hasilnya masih belum
dirasakan maksimal dalam membuat siswa dapat berkomunikasi dengan baik melalui
bahasa tersebut. Berbagai masalah dan faktor yang melatar belakangi mengapa
hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan.
Salah
satu cara pemerintah dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris
adalah memperkenalkan bahasa Inggris lebih dini, yaitu dimulai dari Sekolah
dasar. Program ini dilaksanakan berdasarkan pada kurikulum 1994 untuk Sekolah
Dasar. Secara resmi kebijakan tentang memasukkan pelajaran bahasa Inggris di
sekolah dasar sesuai dengan kebijakan Depdikbud RI No. 0487/1992, Bab VIII,
yang menyatakan bahwa sekolah dasar dapat menambah mata pelajaran dalam
kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan
nasional. Kemudian, kebijakan ini disusul oleh SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya
program bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal SD, dan dapat
dimulai pada kelas 4 SD
(Http:www.depdiknas.go.id/selayangpandangpenyelenggaraanpendidikannasional.)
Sekolah mempunyai kewenangan mengenai mata pelajaran bahasa Inggris dimasukkan sebagai
salah satu muatan lokal yang diajarkan di sekolah dasar berdasarkan
pertimbangan dan kebutuhan situasi dan kondisi baik dari orang tua maupun
lingkungan masyarakat itu sendiri. Kebijakan ini membawa dampak yang positif
baik bagi masyarakat maupun sekolah yang menyelenggarakan program tersebut.
Selama kurun waktu beberapa tahun ini, adanya kecendrungan yang meningkat
sekolah melaksanakan program pengajaran bahasa Inggris mulai dari sekolah
dasar.
Dalam
perkembangannya program ini menghadapi masalah – masalah baik dari sekolah
maupun dari guru. Salah satu kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya
sillabus khusus mata pelajaran bahasa Inggris. Walaupun sebagai mata pelajaran
muatan lokal akan tetapi bahasa Inggris haruslah tetap mempunyai sillabus
tersendiri. Pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan nasional bidang
dasar dan menengah tidak menyediakan sillabus mata pelajaran bahasa Inggris.
Tugas tersebut diserahkan sepenuhnya kepada masing – masing daerah propinsi
untuk membuat sillabus tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah
tersebut. Masalah yang lain
adalah metode dan strategi pengajaran oleh guru yang tidak sesuai dengan
perkembangan siswa.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami akan
melihat selain kendala yang dihadapi diatas, masalah – masalah apa lagi yang
muncul dihadapi oleh guru selama proses pengajaran bahasa Inggris di sekolah
dasar dan bagaimana mereka melaksanakan pengajaran bahasa Inggris di sekolah
dasar
.
Pembahasan
Materi Pengajaran
Hasil data yang
diperoleh dari responden menunjukkan suatu kesimpulan bahwa materi pengajaran
bahasa Inggris di sekolah dasar haruslah bersifat gembira dan interaktif. Oleh
sebab itu materi dan metode yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan
siswa. Para guru mengatakan bahwa mereka bisa menggunakan lagu, teka teki,
permainan dan gambar yang menarik selama proses belajar mengajar tersebut. Dunn
(1983) mengatakan bahwa pembelajar muda sangat mudah meningkatkan kemampuan
berbahasa mereka melalui permainan yang tepat untuk usia mereka. Akan tetapi
tidak semua permainan untuk siswa muda cocok bagi mereka. Oleh karena itu tugas
dan kewajiban guru untuk dapat menyeleksi permainan yang cocok buat mereka
sesuai dengan tingkat kognitif, fisik, dan emosional anak. Hasil data juga menunjukkan
bahwa para guru percaya bahwa buku pelajaran siswa seharusnya penuh warna agar
menjadi menarik perhatian dan motivasi siswa itu sendiri. Greene dan Petty
(1967) sangat mendukung pendapat ini. Mereka mengatakan bahwa gambar yang
berwarna dan interaktif membuat siswa menjadi tertarik dan penasaran sehingga
menambah motivasi mereka untuk mempelajari bahan selanjutnya. Ditambahkan pula
bahwa siswa akan lebih mudah untuk menghafal kosa kata ketika mereka melihat
sesuatu yang menarik. Menurut pendapat Frost (1967) bahwa mental pembelajar
muda akan sangat tertarik ketika melihat
objek yang sebenarnya. Objek itupun akan sangat membantu untuk
mengembangkan imajinasi mereka.
Ketika para responden ditanyakan apakah selama
proses pembelajaran di kelas mereka menekankan pada pendekatan keahlian bahasa
yang terpadu atau hanya menekankan pada satu atau beberapa aspek tertentu saja.
Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa mereka sendiri mempunyai pendapat
yang berbeda. Saya pikir perbedaan mereka ini dikarenakan keterbatasan bahan
pengajaran dan metode dari responden.
Pada umumnya guru berpendapat bahwa penekanan
bahan pengajaran haruslah dibatasi hanya untuk aspek tertentu. Hal ini
disebabkan waktu yang disediakan sangat terbatas dan jumlah siswa sangat
banyak. Akan tetapi menurut peneliti sendiri dengan menekankan kemampuan siswa
pada aspek tertentu maka hasil yang akan diperolh tidaklah maksimal.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Green dan Pretty (1967) bahwa tujuan
pembelajaran bahasa haruslah menekankan pada seluruh kemampuan bahasa tersebut.
Pembelajaran menulis, membaca, berbicara, dan menyimak haruslah diajarkan
secara terpadu.
Tujuan Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa para
responden menyatakan bahwa pengenalan bahasa Inggris di sekolah dasar sangat
penting. Ada beberapa alasan yang melatar belakangi program ini harus terus
dilanjutkan. Alasan yang pertama ialah bahasa Inggris adalah suatu bahasa yang
sangat penting dalam dunia internasional khususnya di era globalisasi sekarang
ini. Bahasa Inggris dipergunakan sebagai media komunikasi dengan orang lain
dari berbagai negara. Menurut pendapat Crystal (2003) bahwa bahasa Inggris
tersebar dan dipergunakan hampir seperempat penduduk dunia dan terus akan
berkembang menjadi satu setengah trilyun pada awal tahun 2000 an ini. Alasan
kedua ialah dengan menguasai bahasa Inggris maka orang akan dengan mudah masuk
dan dapat mengakses dunia informasi dan teknologi. Dengan pengenalan bahasa
Inggris di sekolah dasar maka siswa akan mengenal dan mengetahui bahasa
tersebut lebih awal. Oleh karena itu mereka akan mempunyai pengetahuan dasar
yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut pedoman garis besar pendidikan dasar di
Indonesia, tujuan pendidikan dasar di Indonesia ialah mempersiapkan lebih awal
siswa pengetahuan dasar sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. (Website Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Alasan yang terakhir
adalah bagi orang tua dan guru dapat memberikan bekal bagi siswa bahwa dengan
menguasai bahasa Inggris maka bisa memberikan kesempatan yang lebih terbuka
untuk mengembangkan diri guna memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi
persaingan lapangan kerja dan karir di masa yang akan datang. Oleh karena
mngutip pendapat Pennycook (1995:40) bahwa bahasa Inggris telah menjadi suatu
alat yang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status
sosial masyarakat.
Akhirnya kesimpulan utama alasan pengajaran bahasa
Inggris diadakan di sekolah dasar ialah untuk memberikan pengetahuan penguasaan
kosa kata yang banyak sehingga apabila siswa melanjutkan jenjang pendidikannya
ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan mengalami kesulitan . oleh krena
itu fokus utama dalam pengajaran bahasa Inggris ini menurut responden ialah
penguasaan kosa kata. Dengan menguasai kosa kata yang banyak maka para siswa
dapat dengan mudah menguasai keterampilan bahasa yang lain.
Masalah – Masalah Yang dihadapi Guru dan Bagaimana
Mereka Mengatasinya.
Keahlian Profesi
Dari data yang diperoleh para guru menyatakan rasa
percaya dirinya bahwa mereka layak dan mempunyai keahlian profesi untuk
mengajarkan bahasa Inggris di sekolah dasar. Pada umumnya responden telah
mempunyai kualifikasi pendidikan bahasa Inggris dan melalui pelatihan serta
kursus bahasa Inggris. Hal ini penting dan sesuai yang dikemukakan oleh Brook
(1967) bahwa seorang guru bahasa Inggris di sekolah dasar haruslah mempunyai
keahlian dalam bahasa Inggris atau telah mengikuti pelatihan untuk mengajar siswa
di sekolah dasar. Walaupun demikian saya sendiri berpendapat bahwa mereka masih
harus meningkatkan kemampuannya khususnya dalam hal memahami kebiasaan anak
dalam belajar bahasa asing. Oleh karena itu pelatihan atau lokakarya masih
sangatlah mereka butuhkan. Di sisi yang lain perhatian pemerintah, sekolah dan
masyarakat haruslah ditingkatkan khususnya mengenai status guru honor sehingga
program ini bisa berlangsung dengan baik.
Pelaksanaan Pengajaran di Ruang Kelas
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa para
responden umumnya mempunyai masalah mengenai pelaksanaan pengajaran di kelas.
Mereka semua mengharapkan terjadi suasana yang menyenangkan selama mereka
mengajar. Apa yang terjadi jauh dari harapan mereka. Dalam pengajaran bahasa
jumlah siswa seharusnya dibatasi. Akan tetapi kenyataannya bahwa di dalam kelas
terdapat 40 orang atau lebih siswa sehingga tidak menciptakan suasana yang
ideal. Namun demikian hal tersebut senearnya bisa diatasi dengan membagi siswa
menjadi bebarapa kelompok atau membagi mereka dengan kerja berpasangan. Johnson
(1994:185) mengatakan bahwa ada tiga kelebihan membagi siswa menjadi
perkelompok:
- Menciptakan suasana interaksi antara siswa dengan siswa
- Merubah budaya siswa dari kerja individu menjadi kerja dalam satu kelompok.
- Membuat suasana yang lebih variatif sehingga membuat siswa bisa menunjukkan kemampuannya secara maksimal.
Ahli
lain, Dunn (1983), berpendapat bahwa dalam satu kelas sebaiknya dihuni antara
12 sampai 20 siswa. Untuk siswa sekolah dasar biasanya memerlukan perhatian
yang lebih. Siswanya mengharapkan agar mereka bisa lebih diperhatikan secara
individu mengingat usia mereka yang masih muda.ketersediaan buku pelajaran bagi
guru dan siswa juga merupakan faktor penunjang kesuksesan program ini. Data
yang diperoleh menunjukkan bahwa semua guru memakai buku pelajaran sebagai
penuntun mereka dalam memberikan materi pengajaran. Tetapi beberapa guru
mengalami masalah karena kurang tersedianya buku pelajaran bagi mereka. Tidak
semua siswa mempunyai buku pelajaran sehingga meeka harus berbagi dengan siswa
lain. Dari hasil observasi di sekolah lain ditemukan bahwa ketersediaan buku
pelajaran hanya terdapat di sekolah swasta yang kualitasnya sangat bagus.
Masalah tersebut di atas juga ditambah dengan guru tidak mempunyai pedoman buku
mana yang layak serta memenuhi standar untuk dipergunakan sebagai materi
pembelajaran di kelas.
Ketidaktersediaan
buku pelajaran di sekolah dapat menghambat atau menurunkan motivasi siswa dan
guru. Slah satu cara mengurangi masalah tersebut ialah dengan memberikan materi
yang sangat mereka kenali sebelumnya. Sebagai contoh bahan pelajaran yang
berkaitan dengan kegiatan mereka sehari – hari, tanggal, buah – buahan,
binatang dan benda – benda yang ada di rumah serta sekolah. Salah satu hal yang
mendukung ialah Ratte (1967:279) yang mengatakan pembelajaran bahasa asing akan
sangat berguna apabila bahan pengajaran berkaitan dengan hal – hal kegiatan
sehari – hari, atau nmenggunakan media yang sesungguhnya sehingga meningkatkan
rasa ingin tahu siswa serta motivasi belajarnya. Pendapat lain dari Hamalainen
(1967) yang mengatakan bahwa cara untuk meninkatkan motivasi siswa dalam
belajar ialah dengan menggunakan media pengajaran yang tepat misalnya film,
gerakan tubuh, globe, gambar tape recorder.
Hal
lain yang penting diperhatikan ialah masalah penempatan meja dan kursi di
kelas. Pada kelas tradisional siswa biasanya duduku di bangku yang berbaris dan
guru menerangkan pelajaran di depan kelas. Dalam situasi seperti ini hasil yang
diharapkan tidak maksimal. Oleh karena itu sekolah dan masyarakat saling
membantu untuk menyediakan fasilitas kelas yang baik sehingga kegiatan siswa di
kelas dapat berlangsung lancar. Dunn (1983) mengatakan penempatan meja dan
kursi di kelas harus bisa di atur sedenikian rupa sehingga interaksi siswa
dengan guru dan siswa dengan siswa dapat berlansung dengan baik.
Partisipasi Sekolah dan Masyarakat
Dari
hasil data yang didapat umumnya responden menyatakan ketidakpuasannya berkaitan
dengan partisipasi sekolah dan masyarakat. Guru umumnya menyatakan sekolah
seharusnya bertanggungjawab pada pemenuhan peralatan dan sarana pengajaran di
sekolah. Selain itu juga ketidakjelasan status guru tersebut di sekolah.
Kebanyakan responden berstatus guru tidak tetap atau guru honor. Sehingga kesejahteraannya
agak terbaikan. Mereka harus mengerjakan pekerjaan lainnya selain mengajar.
Dari pihak guru sendiri mereka bisa berhenti mengajar apaila ada tawaran yang
lebih menjanjikan dari pihak lain. Apabila terjadi hal demikian maka
kelangsungan program ini akan menjadi tanda tanya.
Masalah
lainnya adalah kekurangan media pengajaran. Para
guru harus mempersiapkan media pengajarannya yang secara tidak langsung
menambah pengeluaran mereka sendiri. Meskipun demikian guru tersebut sangat
senang mengajar siswanya. Kewajiban sekolah sebenarnya yang bisa menyediakan
suasana pengajaran yang ideal. Kekurangan lainnya adalah tidak adanya fasilitas
laboratorium bahasa dan perpustakaan yang memenuhi standar di sekolah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
data yang diperoleh dan sudah dibahas pada bagian sebelumnya maka dapat didapat
empat kesimpulan utama: Pertama, para guru yakin bahwa dengan memberikan materi
pengajaran yang baik bisa meningkatkan hasil yang positif terhadap siswa.
Mereka berpendapat bahwa siswa akan lebih senang belajar dan termotivasi
apabila materi yang diajarkan mengenai kejadian sehari – hari mereka, waktu,
musim, benda – benda yang ada di sekolah dan di rumah. Apalagi materi tersebut
membuat mereka gembiradan interaktif. Hal tersebut didapatkan apabila materinya
melalui lagu, teka – teki, permaianan cerita dan gambar. Kedua, program
pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sangat baik sekali
sebagai tahap pengenalan bahasa asing sebelum mereka melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Kesimpulan yang ketiga ialah mengenai profesi kependidikan
guru, para responden menyatakan kelayakan dalam mengajarkan bahasa Inggris di
sekolah dasar. Namun demikian karena hanya lima responded yang bisa diwawancarai maka
peneliti tida bisa memberikan generalisasi mengenai hal tersebut. Masalah yang
lebih banyak terdapat pada bagian pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.
Ada dua alasan
utama penyebab terjadinya masalah tersebut. Yang pertama ialah kelemahan guru
dalam hal menangani masalah siswa di kelas. Yang kedua adalah ketersediaan
sarana yang terbatas dari pihak sekolah. Oleh karena itu guru merasa bahwa
keterlibatan pihak sekolah dan masyarakat belum banyak membantu pelaksanaan
program ini. Sehingga para guru sangat mengharapkan keterlibatan pihak sekolah
dan masyarakat khususnya orang tua dalam menyukseskan program pengajaran bahasa
Inggris di sekolah dasar melalui penyediaan sarana dan fasilitas yang cukup
buat guru dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut.
Saran – Saran
Walaupun
selama pelaksanaan program ini banyak mengalami hambatan akan tetapi masih
dipercaya bahwa program pengajaran bahasa Inggris untuk siswa di sekolah dasar
akan tetap dilanjutkan apabila beberapa hal bisa diperbaiki maupun
ditingkatkan. Hal yang pertama yang harus dilakukan ialah meningkatkan
pengetahuan dan keahlian guru dalam hal menangani kelas dan siswa karena
siswanya masih sangat muda oleh karena itu mereka harus diperlakukan
sebagaimana mestinya walaupun sebagian besar mereka sudah mempunyai kualifikasi
yang baik. Selain itu para guru juga dalam proses belajar mengajarnya harus
lebih banyak menggunakan media pembelajaran yang tepat bagi siswa sekolah
dasar. Oleh karena itu sangat diharapkan partisispasi yang lebih banyak dari
pihak sekolah dan masyarakat khususnya para orang tua untuk menyediakan media
pengajaran serta sarana penunjang pembelajaran bahasa asing di sekolah. Yang
terakhir ialah perlu kiranya penelitian ini dilanjutkan ke skala yang lebih
luas sehingga kita semua memperoleh gambaran yang sebenarnya pengajaran bahasa
Inggris di sekolah dasar khususnya di wilayah Kalimantan Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar