Abstrak
Pengelolaan kelas yang baik akan
melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun
dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Dengan tercapainya tujuan
pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah diadakan
evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan tujuan
pembelajaran
Pembelajaran yang efektif dapat
bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang
menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas
dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkungan kelas perlu ditata dengan
baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan
guru, dan antar siswa
Salah
satu bentuk pengelolaan kelas adalah penatan tempat duduk, dimana penatan
tempat duduk perlu memperhatikan lingkungan fisik kelas dan juga keanekaragaman
karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis,
dan biologis siswa itu sendiri,serta mempertimbangkan kesesuaian metode yang
digunakan dengan tujuan akhir dari pembelajaran itu sendiri. Hal ini penting
karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan
suasana yang nyaman bagi para siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
proses pembelajaran bahwa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang
dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan rill adalah merupakan tujuan
pendidikan. Tetapi dalam proses pembelajaran dalam kelas bagaiamana siswa dapat
menguasai dan memahami bahan ajar secara tuntas masih merupakan masalah yang
sulit. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam satu kelas para siswa adalah
merupakan makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari aspek kecerdasan, pisikologis, biologis.
Dari
perbedaan tersebut maka dapat menimbulkan beragamnya sikap dan anak didik di
dalam kelas. Menjadi tugas guru bagaiman menjadikan keanekaragaman
karakteristik siswa tersebut dapat diatasi sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Hal itu merupakan tugas bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik.
Keterampilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak hanya tertuang
dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses
pembelajaran yang baik akan dipengaruhi pula oleh iklim belajar yang kondusif
atau maksimal berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang.
Banyaknya
keluhan guru karena sukarnya mengelola kelas sehingga tujuan pembelajaran sukar
untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi apabila ada usaha yang dapat
dilakukan oleh guru dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif dan maksimal.
Misalnya penataan ruang kelas berupa pengaturan/ penataan tempat duduk yang
sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung.
Pengelolaan
kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula.
Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti.
Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah
berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui
setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan
rumusan tujuan pembelajaran.
Dari
permasalahan tersebut maka kiranya perlu bagi guru atau calon pengajar
mengetahui dan memahami tentang pengelolaan kelas, salah satunya yaitu
pengaturan ruangan kelas berupa penataan tempat duduk siswa.
B.
Rumasan Masalah
1.Apa yang dimagsut pengelolaan kelas?
2.Bagaimana syarat ruang kelas yang baik?
3.Bagaimana penataan tempat duduk siswa yang baik?
C.
Tujuan
Dari
pemaparan di atas maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.Untuk
memperoleh gambaran tentang apa itu pengelolaan kelas
2.Untuk
mengetahui syarat-syarat ruang kelas yang baik
3.Untuk
memperoleh gambaran tentang penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk dari
pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam upaya pencapaian tujuan
pembelajaran dan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut
Winataputra (2003), menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian
kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang
diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan,
menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosoi- emosional yang
positif , serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan
efektif.
Akhmad
Sudrajat (akhmadsudrajat.wordpress.com), menyatakan bahwa: “Pengelolaan kelas
lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian
perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran,
penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma
kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik)
dan fasilitas”.
Dan
menurut Winzer (Winataputra, 1003: 9.9) menyatakan bahwa pengelolaan kelas
adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar
tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai
tujuan akademis dan sosial.
Dari
pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan
yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang
memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal.
Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan
pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/
fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas
yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran
diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas
(cahaya, temperatur udara, ventilasi) dll.
B.
Penataan Ruang Kelas
Pembelajaran
yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana
belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan
ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu
ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara
siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell
(Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1.
Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility
artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu
pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau
kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua
siswa kegiatan pembelajaran.
2.
Accesibility (mudah dicapai)
Penataan
ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang
yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk
harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah
dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3.
Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang
di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika
proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4.
Kenyamanan
Kenyamanan
disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5.
Keindahan
Prinsip
keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan
dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan
dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan
dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan
memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah
laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu
diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
- Ukuran bentuk kelas
- Bentuk serta ukuran bangku dan
meja
- Jumlah siswa dalam kelas
- Jumlah siswa dalam setiap
kelompok
- Jumlah kelompok dalam kelas
- Komposisi siswa dalam kelompok
(seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
Berkaitan
dengan penataan ruang kelas belajar maka pada penulisan makalah ini hanya
berkaitan dengan pengelolaan kelas berupa penempatan tempat duduk siswa saja.
C.
Tempat Duduk Siswa
Tempat
duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses
pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal.tempat
duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus,
tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang,
sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat
belajar dengan tenang.
Bentuk
dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk
dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki oleh beberapa
orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah-ubah formasinya
yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat
dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah
untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas.
Sebenarnya
banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam kelas seperti
berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainga.
Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode
belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah
lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan
metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut
Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam
pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
- Meja tapal kuda, siswa
bekelompok di ujung meja
- Penataan tapal kuda, siswa
dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
- Meja Panjang
- Meja Kelompok, siswa dalam satu
kelompok ditempatkan berdekatan
- Meja berbaris, dua kelompok
duduk berbagi satu meja
Dan
masih ada beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif ini.
Dalam
memilih desain penataan tempat duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam
satu kelas yang kan disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan.
Hal
yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut
guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja.
Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik
dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal
ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat
memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa.
Menurut
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (udhiezx.wordpress: 4) melihat siswa sebagai
individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya mencakup
ketiga aspek di atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah :
- Persamaan dan perbedaan dalam
kecerdasan (inteligensi).
- Persamaan dan perbedaan dalam
kecakapan
- Persamaan dan perbedaan dalam
hasil belajar
- Persamaan dan perbedaan dalam
bakat
- Persamaan dan perbedaan dalam
sikap
- Persamaan dan perbedaan dalam
kebiasaan
- Persamaan dan perbedaan dalam
pengetahuan/pengalaman
- Persamaan dan perbedaan dalam
ciri-ciri jasmaniah
- Persamaan dan perbedaan dalam
minat
- Persamaan dan perbedaan dalam
cita-cita
- Persamaan dan perbedaan dalam
kebutuhan
- Persamaan dan perbedaan dalam
kepribadian
- Persamaan dan perbedaan dalam
pola-pola dan tempo perkembangan
- Persamaan dan perbedaan dalam
latar belakang lingkungan.
Berbagai
persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, sangat berguna dalam
membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan masalah
bagaimana pola pengelompokan siswa dan penataan tempat duduk dengan metode
belajar kelompok guna menciptakan lingkungan belajar aktif dan kreatif,
sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat terlaksana.
Penempatan
siswa kiranya harus mempertimbangan pula pada aspek biologis seperti, postur
tubuh siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau
rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti
secara psikologis, misalnya siswa yang hiper aktif, suka melamun, dll.
D.
Penataan Tempat Duduk Siswa Sebagai Bentuk Pengelolaan Kelas
Tujuan
utama penataan lingkungan fisik kelas ialah mengarahkan kegiatan siswa dan
mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan
tempat duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya di dalam kelas.
Penataan
tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola
kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran
yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan
menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Winzer (Winataputra, 2003: 9-21) bahwa “penataan
lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat
duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan”.
Sesuai
dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya
yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang
kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan barang/ fasilitas. Selain itu
pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakakan, memelihara tingkah laku
siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran. Maka dengan demikian
pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk pengelolaan
kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keterampilan
pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan membantu dalam
pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang
memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal.
Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan
pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/
fasilitas.
Salah
satu bentuk pengelolaan kelas adalah penatan tempat duduk, dimana penatan
tempat duduk perlu memperhatikan lingkungan fisik kelas dan juga keanekaragaman
karakteristik siswa, serta mempertimbangkan kesesuaian metode yang digunakan dengan
tujuan akhir dari pembelajaran itu sendiri.
Kondisi
dan posisi tempat duduk dapat menentukan tingkat aktivitas belajar siswa di
kelas. Hal tersebut sisebabkan karena tempat duduk yang nyaman akan membantu
siswa untuk tenang dalam belajar dan apat pula menimbulkan gairah belajar
siswa.
B.
Saran
Kiranya
perlu menjadi perhatian bagi guru dan bahkan calon pengajar bahwa keterampilan
mengelola kelas salah satunya penataan tempat duduk harus dikuasai. Pengelolaan
kelas menyangkut kepada menciptakan iklim atau kondisi belajar yang kondusif
dan aksimal. Melalui penatan tempat duduk yang tepat diharapkan akan
menfasilitasi siswa untuk belajar dengan aktif. Adapun saran yang dapat
dilakukan dalam penatan tempat duduk seperti:
- Menentukan posisi tempat duduk
yang disesuaikan dengan metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran.
- Kondisi baik bentuk, ukuran
tempat duduk harus baik dan pas
- Menggunakan tempat duduk yang
mudah diatur atau diubah-ubah untuk mempermudah merubah posisi tempat
duduk
- Penempatan siswa sesuai dengan
karakteristik yang dimilikinya, misalnya menempatkan siswa yang berpostur
tingi di belakang, menempatkan siswa yang hiper aktif di depan sehingga
guru mudah untuk memantau.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. 2008. Teknik
Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Anita Lie. 2007. Cooperative
Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT
Grasindo
Udin S. Winataputra. 2003. Srategi
Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
http://udhiexz.wordpress.com/2008/05/27/pengelolaan-kelas
Epa Muhopilah*)) adalah mahasiswa
tingkat IV pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-Universitas Kuningan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar